Seperti yang kita tau pada abad ke-21 ini perkembangan teknologi terjadi begitu cepat , dampak yang ditimbulkan juga mempunyai sisipositif dan sisi negatif, entah itu pada ekonomi, budaya, sosial, bahkan sampai politik.
teknologi yang bernama komputer dan internet adalah dua hal teknologi yang harus kita syukuri dengan sangat, karena teknologi ini memudahkan kita atas semua hal contohnya, kita berkomunikasi dengan orang lain yang beda negara bahkan benua dengan realtime, tanpa memakan waktu lama. Kita juga dapat mengirim berita atau informasi dalam hitungan kedipan mata, pada intinya revolusi teknologi ini berjalan dengan amat dasyat dibanding yag lain.
Namun seperti halnya kehidupan yang punya sisi buruk, revolusi teknologi informasi ini juga punya sisi buruk. Hal ini kita temukan pada media sosial yang memanfaatkan internet sebagai basis interaksinya.
Cara kerja medsos agak berbeda dengan media mainstream. Jika di media mainstream sebuh berita sudah melalui berbagai tahap dengan koridor ketat sebagai produk jurnalisme, media sosial tidak begitu. Medsos adalah alat dari masing-masing individu untuk mengungkapkan apa yang diketahui dan dirasakannya.
Jika media mainstream melanggar hak privasi pastilah institusi media itu melanggar kode etik jurnalistik yang ketat dan dijaga oleh dewan pers. Di media sosial, awalnya tidak ada koridor hukum, namun kemudian UU ITE menjaganya. Namun seperti yang kita tahu, masih banyak pelanggaran yang terjadi.
Keterbukaan atau era reformasi yang membawa kita pada situasi demokrasi yang berbeda dengan masa sebelumnya , menjadi alasan kebebasan berekspresi dan melontarkan kritik (yang banyak melebihi batas ) melalui media sosial. Kita melihat bagaimana seorang presiden yang sudah terpilihpun dimaki-maki netizen atas sebuah kebijakaan seakan lupa bahwa presiden adalah symbol negara yang harus kita hormati bersama — meski secara pribadi kita tidak memilihnya-
Kita melihat banyak sekali individu yang terlibat dalam perselisihan di media sosial karena salah satu atau masing-masing pihak itu melanggar hak-hak individu, mungkin privacy, atau suatu hal sensitive yang melekat pada seseorang. Kita bisa melihat beberapa artis atau pesohor yang saling melaporkan soal status di medsos mereka.
Belum lagi kita harus berhadapan dengan kata-kata kasar dan tajam yang sering dilontarkan oleh netizen. Netizen ini seakan tidak berbudaya sehingga dengan mudahnya menghina orang lain di medsos. Inilah tantangan kita bersama.
Bagaimana caranya?
Beberapa pakar menyarakankan agar kita menghindari pembicaraan yang mengandung SARA dalam unggahan status kita. Kedua, upayakan agar kita memikirkan dulu apa yang akan kita tulis dalam status. Jika itu mungkin ungkapan kemarahan, pilih diksi yang baik dan santun.
Hal ketiga yang penting adalah bagaimanapun medsos adalah ruang public dimana orang lain bahkan di belahan dunia berbeda bisa membacanya dengan segera, maka kita harus bisa cermat membedakan bahasan pribadi atau bahasan public sehingga bisa menjauhkan diri dari tindak kejahatan.
Keempat yang juga penting adalah kita harus cermat sebelum membagikan tautan atau informasi yang diperoleh dengan cara mengecek kebenaran tulisan. Jangan sampai yang kita sebarkan adalah hoax, dan bisa membuat kita terseret pada kesulitan.
Kita selalu mengharapkan revolusi ini bermanfaat dan membawa vibes positif bagi kita. Jangan sampai medsos mencelakai kita.
(Sumber : kompasiana.com)